Sunday, June 03, 2007

Pernahkah kita benar-benar kosong?

Aduh udah lama gak ngisi blog jadi gimana gitu. Ini aja aku isi bukan tulisan sendiri tapi kutipan karya dari Mas Gunawan Maryanto (semoga beliau mengizinkan.) terkutip dari kompas hari Minggu, 3 Juni 2007. Aku sangat tertarik dengan karyanya. Kata-kata sederhana dan langsung mengena benar-benar ciri yang aku banget. Semoga Anda terhibur.

Gunawan Maryanto
perasaan-perasaan yang menyusun sendiri petualangannya

1
baiklah. kujalani saja kutukan ini
akan kutulis seribu perasaan tentangmu
mulai pagi ini hingga kelak
ketika burung-burung itu tak lagi bersarang di rambutmu
saat itulah semua berakhir

1.1
juga diriku: mencair,
menjelma sungai, tak sanggup kuseberangi
menjadi kesedihan, kau kenang sepanjang jalan

1.2
juga dirimu: mencair,
datang tiap musim penghujan
dengan curah yang tetap, tak berubah

1.1.1
perasaan, aku tak ingin berlebihan
tapi pernahkah kita kosong. benar-benar kosong
datar tanpa tekanan. tetap. tak berlebihan. tanpa emosi
tak ada sama sekali, bahkan untuk sebaris puisi

1.1.2
apa yang layak kaukenang dariku
selain kesedihan yang sudah tentu
secangkir teh dingin dan gula batu
dan beberapa lagu di saku baju

1.2.1
sebagaimana diriku yang tetap
gampang jatuh gampang tersentuh
cuma tegar dari luar-dari kejauhan
dalam kamar; kau simpan rawa-rawa

1.2.2
gampang menggenang gampang hilang
meluap-luap dalam sekejap
dalam repertoar hujan yang singkat
tapi tak kunjung tamat

1.1.1.1
puisi sesekali mati, kau tahu
berhenti berdetak dalam tubuhku
dan kadang kita harus berkabung
sementara peristiwa terus berlangsung

puisi, apalagi puisiku tak pernah berhasil
membuatmu berhenti
dan sedikit abadi

1.1.1.2

sekali lagi pernahkah kita sepi
seperti tong yang tak berisi
cuma gaung, sisa keramaian tahun lalu
saat ada seseorang yang bangun di sisiku

bangun dan membangunkanku
dengan kecupan kecil
dan nama kecil

1.1.2.1
bagaimana kau harus memanggilku
lelaki yang selalu nampak hendak pergi
dengan tas kecil
yang tak pernah benar-benar terisi

aku tak lagi bisa mendengar apa-apa
ledakan keras sekalipun

1.1.2.2
bagaimana kau mesti mengingatku
mengekalkannya di sesela rambutmu
yang ikal
yang tak pernah benar-benar kering

kepalamu sudah penuh
terlalu penuh dengan dirimu

1.2.1.1
sebagaimana rawa, katamukau tak mau diselami
tak kunjung mau dipahami
ada yang takut menjadi batu

kau, katamu adalah kekeliruan
dan kebijakan selalu datang dari kejauhan

1.2.1.2
kau juga menyimpan jembatan
dari kayu sumatera
yang selalu berderak
jika seseorang memaksa melintas

yang kerap membuatmu terbangun
dan kurang tidur

1.2.2.1
ada yang ingin terus berlanjut
seperti luka di kepalamu
yang selalu hadir dengan garukan tanganmu

seperti jalan setapak
yang membelah kepalamu
dengan putus asa

1.2.2.2
seperti airmata yang kau tampung
dalam tempurung
milik anak bajang
yang batal menguras lautan

sementara anak bajang lain
dengan cemeti kalanjana
berkeras menggiring angin
berkeras menjadi sia-sia

Yogyakarta,2007
---

Pulang Kampung
apa yang mereka lakukan di ruang ini
benda-benda tak bergerak dari tempatnya
kata-kata berhenti di satu masa

sudahlah, kita bangsat, sama-sama tak selamat
terimalah kedatanganku
sebagaimana menerima kepergianku

cinta ini bikin kita tua dan lekas lupa
hanya berdebar sebentar di lebaran
dan mengulangnya lagi tahun depan

No comments: