Friday, February 09, 2007

Kegemukan tidak sama dengan obesitas.

Saya ingin mengklarifikasi suatu hal yang umum beredar di kalangan masyarakat. Selama ini masyarakat mengenal dan memahami bahwa kegemukan itu sama dengan obesitas. Padahal sebenarnya kegemukan bukanlah obesitas.

Obesitas terjadi saat seseorang memiliki kelebihan lemak di badan. Obesitas tidak sama dengan kelebihan berat badan. Seseorang dikatakan obese saat berat badan mereka melebihi 20 % dari berat maksimal yang diinginkan untuk tinggi badan mereka (definisi dari sportsmedicine.about.com/library/glossary/blglossaryO.htm).

Sedangkan kegemukan adalah situasi dimana mobil atau motor Anda rusak. Anda berusaha dengan keras menemukan penyebab dari kerusakan motor Anda dengan cara membongkar motor Anda. Kalo Anda cukup beruntung Anda akan menemukan root cause dari penyebab rusaknya motor Anda. Anda akan merasa lebih beruntung lagi jika Anda bisa memperbaiki kerusakan pada root cause tersebut. Tetapi nasib baik bisa dikatakan berpihak pada Anda jika Anda mampu memperbaiki dan mengembalikan motor sesuai kondisi semula. Nah ditengah peliknya kondisi tersebut Anda tidak menyadari adanya noda-noda warna hitam di sekujur tangan dan badan Anda. Noda itu disebabkan oleh oli atau yang biasa disebut "gemuk". Nah kondisi Anda yang sedang belepotan dengan oli atau "gemuk" ini adalah yang bisa disebut sebagai "kegemukan". Kan aneh kalo mau disebut ke-oli-an.

Tuesday, February 06, 2007

Istana dan Banjir.


Fakta aneh terungkap saat aku membaca sebuah artikel dari kompas cetak hari ini. Hari ini tanggal 6 Januari 2007 dengan "Istana Presiden tak banjir..." Demikian judul artikel tersebut. Sebuah konklusi dari acara ribut-ribut akhir ini. Ribut-ribut antara pihak kepresidenan dengan pihak pemprov DKI Jakarta mengenai Pintu Air Manggarai.

Memang sebelumnya santer gosip pada jaman dulu ada larangan mati membuka Pintu Air Manggarai apalagi saat kondisi banjir mendera Jakarta. Karena jika pintu Air Manggarai dibuka maka konsekuensi logis yang akan terjadi adalah akan terjadi genangan air di lingkungan istana presiden, monas dan daerah sekretaris negara atau lebih dramatis lagi kalo disebut Banjir di Istana Presiden. Bahkan gosip yang paling santer yang pernah terdengar adalah adanya hukuman tembak di tempat bagi orang yang berani membuka Pintu Air Manggarai. (Kasian banget tu orang meskipun tembak di tempat saat membuka pintu air belum tentu tembak mati, tapi kalo ketembak dan nyemplung ke lokasi banjir terus keseret arus ya... bisa dikatakan rasanya seperti mati).

Dua hari yang lalu di sebuah acara kepresidenan, Bapak Presiden dengan keras menampik tuduhan bahwa selama ini beliau melarang membuka Pintu Air Manggarai. Beliau berkata dan memberi perintah untuk membuka saja pintu air itu jika itu bisa meringankan beban rakyat, biarkan saja istana banjir asal itu bisa meringankan penderitaan rakyat. Saya tidak pernah melarang untuk tidak membuka pintu air. Saya juga ingin merasakan penderitaan rakyat.

Akhirnya dibukalah Pintu Air tersebut dan anehnya memang awalnya sedikit banjir di lingkungan monas tapi itu hanya dikarenakan adanya sampah yang menumpuk di dekat selokan monas. Setelah sampah itu dihilangkan maka hilanglah banjirnya juga. Semudah itu. Apakah hanya semudah itu?

Ternyata tidak pihak kepresidenan sudah siap dengan sistem drainase dan pompa genangan air sedemikian rupa yang siap memompa 250 liter air per detik. Sudah siap dengan empat titik saluran air yang akan membuang air tersebut ke tempat penampungan. Dan sudah siap dengan petugas dengan penjaga yang siap mempertaruhkan nyawa 24 jam sehari menjaga agar istana tidak banjir. Mungkin termasuk didalamnya tugas untuk "menciduki" air banjir dengan ember yang masuk ke istana.

Wah kalo begitu seharusnya statement dari Bapak Presiden adalah "Buka saja Pintu Air Manggarai toh saya sudah siap dengan pasukan dan peralatan canggih saya yang akan mencegah banjir masuk istana saya. Kalo akhirnya banjir sampai masuk juga tentu saja akan saya pecat penjaga dan insiyur yang merancang sistem penanggulangan banjir ini."