Tuesday, June 26, 2007

Best Competition

I am not compiting with others
I am only compiting with the best
I am compiting with myself

Monday, June 25, 2007

Cinta Mati

Tidak ada itu yang namanya cinta mati
Karena orang yang sudah mati
Tidak lagi bisa
bercinta

Tuesday, June 19, 2007

Al Quran adalah Puzzles Kunci Kehidupan.

Sejenak terbersit, saat aku berpikir. Mengapa saat aku menulis atau bercerita, aku tidak bisa menuliskan suatu solusi yang paten dan menyeluruh untuk suatu jenis kasus atau masalah. Mengapa aku cenderung menulis sebagian-bagian kecil petunjuk dan pemecahan untuk kasus tersebut. Mengurainya menjadi bagian-bagian kecil dan mengambil intisarinya. Mengapa tidak bisa langsung satu pernyataan yang menyelesaikan segalanya? Mengapa???

Sepertinya aku pernah melihat hal semacam ini. Seperti de javu. Aku merenung sejenak. Ternyata aku baru sadar kalo hal semacam ini pernah aku baca dalam Al-Quran Al-Karim.

Aku baru sadar kalo Al-Quran berisi sepotong demi sepotong puzzle (intisari)kehidupan. Intisari petunjuk kehidupan. Dimana saat kita akan mengamalkannya, mengimplementasikan dalam kehidupan kita tidak bisa mengambil satu macam puzzle untuk menyelesaikannya. Kita tidak bisa mengambil sepotong puzzle dan membangun rumah daripadanya. Untuk membangun sebuah rumah kita perlu mengambil potongan-potongan puzzle yang bersesuaian dengan bentuk rumah yang akan kita bangun. Jika kita mengambil potongan yang salah atau kurang bersesuaian maka bisa jadi bentuk rumah yang akan kita bikin tidak berbentuk atau tidak akan mencapai tujuan yang kita inginkan. Dan ingat dengan satu buah puzzle tidak akan membentuk sebuah rumah. Semuanya saling dukung, saling serasi dan saling bersesuaian satu sama lain. Untuk membuat bangunan yang indah kita perlu mencari dan menyusun puzzle-puzzle yang sejenis dan bersesuaian. Tapi sebelumnya kita perlu melihat dan mencermati semua bentuk puzzle terlebih dahulu.

Al-Quran, baca dan cermati. Baca dan renungkan.

Sunday, June 17, 2007

Gaji yang enak adalah gaji yang pas-pasan.

Gaji yang enak dan nyaman adalah gaji yang pas-pasan...

Gaji yang berlebihan akan memberatkan kita di kemudian hari. Karena dengan gaji yang lebih banyak maka kita akan dituntut pertanggungan jawab yang lebih besar pula. Khususnya untuk kelebihan pendapatan yang kita miliki. Karena orang dengan pendapatan banyak biasanya kebutuhan primer dan sekundernya terpenuhi. Dan jika kedua kebutuhan tersebut telah terpenuhi maka dia akan mencari-cari cara untuk menghabiskan uang lebihnya. Dengan cara pemenuhan kebutuhan tersier. Sesuatu yang sebelumnya tidak diperlukan menjadi di"ada-ada"kan. Dan hal-hal seperti ini yang biasanya mendatangkan kemudharatan.

Gaji yang berkekurangan akan menjauhkan kita dalam mendekatkan diri dan beribadat padaNya. Atau minimal memberatkan kita dalam beribadat. Bagaimana bisa khusuk dalam beribadat jika kebutuhan-kebutuhan yang mendasar saja tidak terpenuhi. Makanya Nabi dan Allah selalu menekankan penjauhan diri dari kefakiran karena kefakiran dekat dengan kekufuran. Kufur berarti tertutup. Bisa tertutup dari rasa syukur atas segala nikmat Allah seperti nikmat hidup, nikmat Islam dan nikmat-nikmat non materi lainnya. Juga bisa berarti tertutup mata hatinya karena masalah materi dunia sudah memberatkan matanya.

Gaji yang pas-pasan mencukupkan kebutuhan kita. Menjauhkan diri dari mencari pemenuhan kebutuhan dunia dan jika ada kelebihan rezeki maka cukup untuk disumbangkan atau untuk ditabung untuk kebutuhan lain di masa yang akan datang.

Gaji yang pas-pasan juga berarti :
Pas mau beli mobil canggih keluaran terbaru... ada,
Pas mau beli rumah mewah di kawasan elite... ada,
Pas mau nikah dengan pesta besar-besaran... ada,
Pas anak mau sekolah ke luar negeri... ada
dan laen sebagainya... :)

Saturday, June 09, 2007

Apa bedanya VIP dengan Lomba Tujuh Belasan?

VIP atau VDP atau VCD atau DVD atau apalah namanya adalah program penanaman nilai-nilai suatu perusahaan ke dalam budaya kerja pegawai perusahaan tersebut. Lantas apa kaitannya dengan lomba tujuh belasan yang notabene adalah kegiatan rutin setiap tahun untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI tercinta ini? Bukankah itu suatu kegiatan yang berbeda jauh dan tidak ada korelasi yang jelas antar keduanya? Kok dihubung-hubungkan?

Jawabannya mudah. Kuncinya ada pada nilai-nilai perusahaan dan hadiah. Or we may say it punishment and reward.

VIP or VDP or VCD or apapun itu berusaha menanamkan nilai-nilai perusahaan ke dalam individu pegawai yang berada di dalamnya. Dengan asumsi awal bahwa para pegawai atau individu yang berada di dalamnya tidak memiliki nilai-nilai yang mereka pegang. Ataupun memiliki nilai-nilai yang mereka pegang tapi kurang sesuai dengan nilai-nilai dari perusahaan itu. Terlepas dari apakah nilai-nilai perusahaan tersebut benar atau tidak.

Kalau buat saya pribadi saya memiliki nilai-nilai sendiri yang saya pegang. Nilai-nilai yang prioritasnya saya dapat dari ajaran agama saya ditambah nilai dan norma budaya, hukum dan sosial saya. Jika ada nilai-nilai di perusahaan yang sesuai, sejalan dan mendukung dengan nilai-nilai yang telah saya pegang tentunya akan saya jalankan dengan sepenuh hati. Namun jika ada nilai-nilai perusahaan yang kurang sejalan atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang saya pegang maka lebih baik saya hengkang dari perusahaan tersebut. Toh meskipun telah ada nilai-nilai perusahaan dan nilai-nilai agama yang jelas, masih banyak individu yang menerapkan, menjalankan dan berkiblat pada nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai tersebut.

Sedangkan tujuan dari kegiatan tujuh belasan adalah untuk menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dari (tentu saja) para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan bangsanya. Menanamkan kepada generasi muda yang tidak pernah merasakan beratnya memperjuangkan sebuah kemerdekaan. Generasi muda yang lahir dan langsung bisa menikmati udara kebebasan. Meskipun pada kenyataannya masih terjajah oleh kemalasan dan kebodohan bangsa sendiri.

Untuk point kedua. Which is present or a gift. OK keduanya sama memberikan hadiah atau bingkisan kepada para pemenang dari tiap kegiatan atau sesuatu yang bisa disebut sebagai perlombaan. Hadiah yang bisa dikatakan nilainya hampir samalah. Termasuk untuk juara umum yang mendapat nilai yang wah dan weleh-weleh.

Terus letak punishmentnya dimana? Sebenarnya yang bukan pemenang bukannya mendapatkan punishment dalam arti yang sesungguhnya (gramatikal) namun mereka mendapatkan punishment dalam bentuk rasa lelah dan jauh dari keluarga, untuk program penanaman nilai. Sedangkan untuk lomba-lomba tujuh belasan setingkat RT mereka yang gagal akan dengan sukses mendapatkan rasa malu yang berkepanjangan dikarenakan perlombaan tersebut disaksikan oleh segenap penghuni RT. Hehehe... Well, gak perlu malu kalo kalah setelah berjuang sepenuh hati. Lagian seperti pepatah bilang kegagalan adalah kehancuran yang tertunda. wakakaka... (Maksudnya kegagalan adalah kemenangan yang tertunda).

Letak perbedaan lain adalah letak diadakannya event atau lebih kerennya disebut sebagai Tempat Kejadian Perkara. Program penanaman nilai diadakan di hotel berbintang sekian dengan fasilitis mewah yang tetap dengan segala hormat tidak bisa dinikmati. Lha wong waktu istirahatnya terbatas. Gak bisa renang juga (nyesel hikss.. 3x). Sedangkan lomba tujuh belasan diadakan di sebuah lahan luas di RT atau RW tersebut yang pada hari biasa digunakan sebagai sport center (biasanya di lapangan bola atau lapangan voli). Atau bahkan pada beberapa RT tertentu malah mengadakan perlombaannya di jalanan umum atau bahkan di atas sungai (kreatif sekali). Suatu suasana yang berbeda jauh untuk satu tujuan yang sama yakni penanaman nilai-nilai.

Dan tentunya masih banyak perbedaan dan persamaan-persamaan yang lain. Tapi apa sich hikmah dari acara semacam ini buat kita? Kok yoa perlu diadakan?

Intinya adalah bahwa kita sebagai manusia, sebagai individu ciptaan Allah Swt, perlu menanamkan nilai-nilai yang harus senantiasa kita pegang. Senantiasa kita perjuangkan. Karena dengan adanya nilai-nilai tersebut kita menjadi berbeda dengan makhluk yang lain. Dan tentunya nilai-nilai terbaik yang pernah dan akan selalu ada adalah nilai-nilai yang ditetapkan oleh Sang Khalik. Allah Swt. Dan itulah nilai-nilai yang harus selalu kita cari dan terus perjuangkan sampai nafas tak berhembus.

Sunday, June 03, 2007

Pernahkah kita benar-benar kosong?

Aduh udah lama gak ngisi blog jadi gimana gitu. Ini aja aku isi bukan tulisan sendiri tapi kutipan karya dari Mas Gunawan Maryanto (semoga beliau mengizinkan.) terkutip dari kompas hari Minggu, 3 Juni 2007. Aku sangat tertarik dengan karyanya. Kata-kata sederhana dan langsung mengena benar-benar ciri yang aku banget. Semoga Anda terhibur.

Gunawan Maryanto
perasaan-perasaan yang menyusun sendiri petualangannya

1
baiklah. kujalani saja kutukan ini
akan kutulis seribu perasaan tentangmu
mulai pagi ini hingga kelak
ketika burung-burung itu tak lagi bersarang di rambutmu
saat itulah semua berakhir

1.1
juga diriku: mencair,
menjelma sungai, tak sanggup kuseberangi
menjadi kesedihan, kau kenang sepanjang jalan

1.2
juga dirimu: mencair,
datang tiap musim penghujan
dengan curah yang tetap, tak berubah

1.1.1
perasaan, aku tak ingin berlebihan
tapi pernahkah kita kosong. benar-benar kosong
datar tanpa tekanan. tetap. tak berlebihan. tanpa emosi
tak ada sama sekali, bahkan untuk sebaris puisi

1.1.2
apa yang layak kaukenang dariku
selain kesedihan yang sudah tentu
secangkir teh dingin dan gula batu
dan beberapa lagu di saku baju

1.2.1
sebagaimana diriku yang tetap
gampang jatuh gampang tersentuh
cuma tegar dari luar-dari kejauhan
dalam kamar; kau simpan rawa-rawa

1.2.2
gampang menggenang gampang hilang
meluap-luap dalam sekejap
dalam repertoar hujan yang singkat
tapi tak kunjung tamat

1.1.1.1
puisi sesekali mati, kau tahu
berhenti berdetak dalam tubuhku
dan kadang kita harus berkabung
sementara peristiwa terus berlangsung

puisi, apalagi puisiku tak pernah berhasil
membuatmu berhenti
dan sedikit abadi

1.1.1.2

sekali lagi pernahkah kita sepi
seperti tong yang tak berisi
cuma gaung, sisa keramaian tahun lalu
saat ada seseorang yang bangun di sisiku

bangun dan membangunkanku
dengan kecupan kecil
dan nama kecil

1.1.2.1
bagaimana kau harus memanggilku
lelaki yang selalu nampak hendak pergi
dengan tas kecil
yang tak pernah benar-benar terisi

aku tak lagi bisa mendengar apa-apa
ledakan keras sekalipun

1.1.2.2
bagaimana kau mesti mengingatku
mengekalkannya di sesela rambutmu
yang ikal
yang tak pernah benar-benar kering

kepalamu sudah penuh
terlalu penuh dengan dirimu

1.2.1.1
sebagaimana rawa, katamukau tak mau diselami
tak kunjung mau dipahami
ada yang takut menjadi batu

kau, katamu adalah kekeliruan
dan kebijakan selalu datang dari kejauhan

1.2.1.2
kau juga menyimpan jembatan
dari kayu sumatera
yang selalu berderak
jika seseorang memaksa melintas

yang kerap membuatmu terbangun
dan kurang tidur

1.2.2.1
ada yang ingin terus berlanjut
seperti luka di kepalamu
yang selalu hadir dengan garukan tanganmu

seperti jalan setapak
yang membelah kepalamu
dengan putus asa

1.2.2.2
seperti airmata yang kau tampung
dalam tempurung
milik anak bajang
yang batal menguras lautan

sementara anak bajang lain
dengan cemeti kalanjana
berkeras menggiring angin
berkeras menjadi sia-sia

Yogyakarta,2007
---

Pulang Kampung
apa yang mereka lakukan di ruang ini
benda-benda tak bergerak dari tempatnya
kata-kata berhenti di satu masa

sudahlah, kita bangsat, sama-sama tak selamat
terimalah kedatanganku
sebagaimana menerima kepergianku

cinta ini bikin kita tua dan lekas lupa
hanya berdebar sebentar di lebaran
dan mengulangnya lagi tahun depan