Tuesday, November 14, 2006

Sepenggal Kisah Kantor

Maghrib mendekat. Saat itu kerjaanku merekap data progress harian rekan-rekan belum juga kelar. Damn! Perasaan cuma dikit tapi kok begitu dikerjain jadi melar gini ya. Aduh mau selesai jam berapa nich. Mana cacing pada memberontak minta hak untuk merdeka. Dan sebagian rekan sudah pulang untuk merayakan kebebasan mereka hari ini. = )
Sesaat kemudian melintaslah sosok yang berwibawa dan disegani di kantor Icon Gandul. Pak Ajat Munajat. Demikian nama Manager Service Operation and Maintenance di kantor ini. Tak seberapa lama ingatanku kembali ke beberapa tempo lalu saat Pak Widy (Supervisor Network Planning) memanggil namaku. Pemanggilan itu berkaitan erat dengan penugasan Pak Widy sebagai pembimbing paper akhir kelompokku. Sebagai informasi aja kelompokku digawangi oleh dua person saja. Aku dan Pak Fany. Atau lebih dikenal sabagai suhuku. Suhu di semua bidang (hidup Pak Fany). Kembali ke pemanggilan tadi. Pak Widy hendak menanyakan tentang hal atau subjek apa yang menjadi tema dari paper. Aku pun menjawab tidak tahu karena memang aku tidak tahu daripada menjawab dengan PD dan sok tahu. Kemudian kkami pun bercakap selama beberapa saat. Inti dari percakapan tersebut adalah untuk meminta saya mengkonfirmasi lebih lanjut ke Pak Ajat mengenai batasan dari paper yang akan dibahas. Karena sedemikian luasnya topik yang ada. Aku pun menyanggupinya dan bersedia menanyakan ke Pak Ajat sesegera mungkin. Pembicaraan berakhir dan aku melanjutkan pekerjaanku.

Aku pun membulatkan tekad mendekati Pak Ajat setelah sebelumnya mengkonfirmasi tindakanku kepada Mbak Irma. Selanjutnya aku mendekati Pak Ajat dengan ragu-ragu tapi mau bagaimana lagi niatku sudah bulat. Kemudian aku menyapa beliau yang masih sibuk berkutat dengan laptop 12 inchi beliau. Terjadilah percakapan antara dua individu berbeda generasi tersebut. Sebenarnya aku ingin menjelaskan detail percakapan tetapi karena saya yakin kalian gak punya banyak waktu untuk membaca berita dariku yang berformat semi cerpen ini maka saya akan memotongnya dan langsung membahas hal yang dikemukakan Pak Ajat mengenai tema paper.

Pak Ajat bertutur bahwa berdasar instruksi Pak Emil, inti dan tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mereview dan menganalisa hal-hal yang terjadi di dalam sebuah bagian yang dibawahi oleh Bapak Supervisor dalam kerangka waktu satu tahun ini (dimulai dari Januari 2006 dan diakhiri Oktober 2006) dan membuat paper hasil analisa yang bisa digunakan untuk meningkatkan kinerja terkait dengan bidang Bapak Supervisor dalam kerangka satu tahun ke depan (tahun 2007). Untuk mengatasi kendala dan membuat perbaikan dalam cakupan area di bawah Bapak Supervisor. Jadi jika pembimbing saya adalah Supervisor Network Planning maka paper saya tidak bisa lepas dari bidang tersebut dan tidak mungkin saya akan membahas mengenai aktifasi clear channel.

Sekali lagi saya kembali mengulas sekaligus menyampaikan kesimpulan dari "cerpen ini". Perlu ditekankan bahwa dua hal yang menjadi batasan dalam pembuatan paper adalah bidang di bawah kendali Bapak Supervisor dan kerangka waktu atau kinerja selama tahun 2006 untuk dijadikan modal peningkatan (improvement) di tahun 2007.

Sekian atas perhatian Rekan-rekan semoga pemberitahuan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bila ada pertanyaan yang bisa saya jawab saya akan dengan senang hati membantu. Terima kasih dan salam.

Monday, November 13, 2006

137 Hari Ngobrol Tanpa Henti

Aku udah pacaran tiga tahun. Tiga tahun lebih. Lebihnya sih baru lima hari (hehehe.. habis anniversary nich). Dan selama tiga tahun ini kami udah melakukan banyak hal gila. Mulai dari masak bareng, jalan bareng mengejar Jalan Malioboro yang gak nyampe-nyampe (akhire menyerah dan milih naek becak wae mbayaro ning sing penting jelas tekan) dan seringkali menghabiskan sore sambil ngobrol ngalor-ngidul di pantai berpaving Marina Beach sambil diliatin matahari yang sibuk kembali ke peraduannya.

Satu hal yang mengusik benakku adalah kami sangat sering ngobrol. Terutama by phone (hal ini adalah sesuatu yang sangat menggembirakan buat rekan-rekan yang bekerja di penyedia jasa layanan telekomunikasi atau yang biasa disebut service provider karena kamilah yang membiayai hidup mereka hehehe..) Untuk saat ini kami menggunakan provider yang paling murah untuk komunikasi lintas daerah mobile 8 dengan frennya (thanks guys you are damn good). Setiap hari kami menghabiskan waktu dua sampai tiga jam hanya untuk mengobrol. Membahas apa aja. Bagai pameo NATO (Not Action Talk Only).

Nah yang akan saya bahas disini adalah penggunaan waktu telepon. Jika dalam sehari kami menghabiskan rata-rata waktu menelepon selama 3 jam. Dan kami sudah berpacaran selama 3 tahun lebih maka jika dikalkulasikan : 3 (tahun) x 365 (hari) x 3 (jam) = 3285 jam. Jika dibagi 24 jam akan didapatkan 136,875 hari. Jika rata-rata satu bulan berisi 30 hari maka : 136,875 dibagi 30 = 4,5625 bulan. Jadi jika dikumpul-kumpulkan kami berdua sudah menghabiskan waktu selama empat setengah bulan untuk mengobrol terus menerus tanpa henti. Gile lama banget ya.

Bagi rekan-rekan provider mungkin hitungannya akan seperti ini 3 x 365 x 3 x 60 menit x (biaya telepon dalam satu menit). Ya sebesar itulah biaya yang telah dengan ikhlas (tidak ikhlas) kami sumbangkan ke provider. Semoga bermanfaat.

Sunday, November 12, 2006

Maaf Bunda










Diri mengenal saat mata tercipta
Getir dunia kau saji indah di hadap

Namun diri hanya memberi torehan luka
dengan hal-hal yang bahkan tak sepantasnya diri pikirkan

Bunda

saat diri beranjak dewasa
satu rasa kini sadari
betapa berarti hadirmu bunda
Melengkapi keindahan dunia
dan menyiapkan diri tuk menghadapinya

Bunda

semua yang kulewati
Tak kan mampu mambayar cinta kasihmu
Tak kan mampu menyembuhkan luka hatimu
Maafkan dosa diri
Doaku kan selalu tertuju
untuk kebahagiaan bunda selalu
kini dan abadi nanti

Surat dari Adekku

Hari ini hari jumat. Hari kerja terakhir minggu ini(Thank God banget). Sayangnya laporan kerja (rodi) yang harus dikumpulkan hari ini belum selesai juga. Hanya karena satu masalah yakni aku kesulitan mencari ide mau memulai nulis laporan tersebut dari mana habis gak ada contoh.

Saat magrib menjelang (ciee.. puitis bok) kamsudnya.. pas break habis shalat aku diminta untuk mengirim file progress report validasi hari ini dan kemaren. Dan pas itu ak heran banget kok ada email dari Dik Diah ya(Diah adekku yang paling kecil). Biasanya adek-adekku kan jarang banget kirim email ke aku kecuali kalo ada request. Kok tumben-tumbennya ngirim email ada apaan ya? Aku baca kalimat demi kalimat dengan khidmatnya takut ada point yang kelewat.

Awalnya aku ngira adekku ngirim hasil tugas yang aku minta kemaren (aku minta tolong adekku dicariin puisiku zaman baheula yang akan aku aransemen ulang untuk dikirim ke cewekku sebagai kado ultah). Emang bener sich dugaanku. Email itu dibuka dengan kalimat berita tentang laporan permintaan barang yang aku cari. Not a good news actually cause the item i meant are missed. Sedih juga puisi berharga tersebut harus ilang. Puisi tentang kekaguman cinta. Yah mau gimana lagi udah terlanjur. Kalo orang Jerman bilang "wis kadung".

Kalimat berikut yang menyusul kalimat berita tersebut cukup mengejutkanku. Adekku menulis bahwa dia membaca diary yang aku tulis (Persis seperti yang aku perintahkan. Karena untuk memisahkan suatu puisi dengan tulisan lain tak ada cara laen kecuali membacanya. Kecuali paranormal.) Dia membaca curhatanku tentang adek-adekku (tentang dia juga). Ya wajarlah dalam kehidupan beradik dan berkakak terjadi masa-masa kurang akur. Aku sendiri sudah lupa aku jengkel tentang apa. Dan tentu saja aku sudah memaafkannya karena aku emang sayang banget ama adek-adekku. Hal yang mengejutkanku adalah dia meminta maaf karena dia udah lancang membaca (Hal yang bener-bener gak salah karena kan aku yang minta so pasti aku sudah mengetahui resikonya)

Selanjutnya dia juga menulis kalo dia meminta maaf banget padaku atas perlakuannya di masa yang lalu. Yang dikatakannya sudah menjadi adik yang kurang baek. Sebuah permintaan maaf yang bener-bener tulus. Di email itu juga tertulis juga kalo dia sempat meneteskan air mata. Dia katakan kalo sebagai adek dia sangat mengagumiku dan dia merasa sangat menyesal tak bisa menjadi adek yang baek buatku. Dia ingin kedepannya dapat menebus kesalahan ini.

Diah adekku tersayang, sebenarnya aku juga udah lupa aku nulis apa. Apalagi tentang kesalahan kalian. Aku juga pasti udah memaafkan kalian. Wajarlah kalo selama ini kita pernah bertengkar atau gak cocok. Namanya juga orang hidup semuanya gak bisa dipaksakan sama. Aku berterimakasih banget punya adek yang baek kayak kalian dan aku selalu akan berusaha menjadi kakak yang baek buat kalian. Aku gak ingin melihat kalian sedih atau pun menderita.You both mean a lot to me.

Diah aku juga minta izin menulis cerita ini di blog untuk aku lombakan karena emang temanya kebetulan cocok banget. Ya entar kalo kita beruntung dan menang juara satu kamu tak ajak liburan ke bali. Atau kalo gak ya tak oleh-olehin. Kalo menangnya juara dua atau tiga entar hpnya buat kalian supaya kita bisa ngobrol banyak. Mengingat aku sudah merantau lebih dari lima tahun. Dan waktu yang kita habiskan bersama sangat bisa dihitung dengan jari. Aku ingin "membeli" kembali masa-masa itu. Doain masmu ini ya semoga menang.

Meminta Maaf vs Memberi Maaf

Seorang rekan bertanya padaku, "Mas lebih susah mana meminta maaf atau memberi maaf?"

(Mmmhhh.. Pertanyaan bagus. Umum sih tapi bagus. Sekilas emang mudah untuk menjawabnya tapi jika dipikir lagi gak akan seperti yang terlihat. Memang keduanya memiliki kedudukan dan tujuan yang sama yaitu meniadakan sebuah kesalahan dan dampaknya bagi kedua belah pihak.)

"Menurutku lebih susah meminta maaf dan tentunya yang dimaksud adalah sebuah permintaan maaf yang tulus yang datang dari hati dengan maksud mengakui segala kesalahan dan kekhilafan serta berjanji tidak akan mengulanginya di masa yang akan datang dengan alasan apapun."

"Kok bisa mas?"

"Iya. Untuk mengakui sebuah kesalahan terlebih dahulu kita harus tahu kalo kita telah berbuat salah."

"Yo mesti."

"Lho dikandani kok ngeyel. Karena penyakit orang dewasa ini adalah penyakit superioritas. Merasa diri paling benar dan paling hebat. Dan tentu saja sebagai seorang yang hebat adalah anti untuk melakukan kesalahan apalagi mengakui kalo dirinya telah berbuat salah. Orang semacam ini akan sangat sukar untuk menyadari bahwa dirinya telah berbuat salah. Biasanya penyakit ini disertai syndrom peka mata. Mata akan sangat peka terhadap kesalahan orang lain. Dan akan dengan refleknya menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Kalo gak ada orang laen maka akan menyalahkan barang/hal laen."

"Trus mas."

"Setelah menyadari kalo kita telah berbuat salah maka langkah selanjutnya adalah mau mengakui dan mengungkapkan kalo kita telah berbuat salah. Banyak orang yang tau dirinya salah tapi enggan mengakui, apalagi di muka umum, kalo dia berbuat salah. Selain itu mengakui kesalahan kita juga berarti bahwa orang laen lebih benar dan lebih baek dari kita. Suatu hal yang sangat bertentangan dengan penyakit superiotitas tersebut di atas."

"Trus mas."

"Ya umumnya dimana-mana kan malu minta sesuatu ama orang laen. Apalagi kalo minta maaf. Hal berikut yang harus dilakukan setelah mau mengakui kesalahan adalah mau berkomitmen. Dan terkadang memegang sebuah komitmen itu susyahnya minta ampyun. Berkomitmen untuk tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi dengan alasan apapun itu."

"Trus mas."

"Nabrak."

"Kok bisa nabrak mas?"

"Lha mlaku terus rak menggak-menggok kan dadine nabrak."

"Walah tak kiro serius. Lanjutan ceritane ki piye?"

"Hehehe... Sedangkan kalo memberi maaf itu lebih mudah dan posisinya pun lebih mulia. Karena saat memberi maaf posisi logis kita adalah di atas orang yang meminta maaf. Kita tinggal memutuskan akan memberi atau tidak memberi maaf."

"Nah kalo kasusnya orang yang bersalah kepada kita udah berbuat sejibun dosa dan dengan mudahnya meminta maaf pada kita gimana mas? Masak kita bisa langsung memaafkan. Kan gak semudah itu. Apalagi kalo orang itu sudah menyakiti hatiku ini."

"Gini lho untuk masalah hati akan lebih bijaksanan kalo kita serahkan saja pada yang punya hati."

"Maksudnya?"

"Semua yang ada pada diri kita seperti harta, ilmu dan badan termasuk hati kita adalah milikNya dan hanya dipinjamkan kepada kita untuk disyukuri. Dalam artian dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penciptaannya. Jadi bila badan kita termasuk hati disakiti maka yang lebih berhak marah adalah yang mempunyai hati tersebut. Dan siapa lagi yang lebih berhak menghukum dan memberi balasan yang setimpal selain Dia Yang Empunya segalanya."

"O gitu ya mas."

"Iya."

"Kok kayaknya susah banget untuk dipahami ya mas?"

"Memahaminya mudah cuma menerapkan dan mengamalkannya itu yang susah. Jangan dikira aku sudah mahir. Aku juga sama seperti kamu. Aku rasa kita sekarang berada dalam satu perjalanan yang sama."

Saturday, November 11, 2006

Akal Bulus

Di sebuah perkampungan elite (ekonomi sulit) di suasana hari 1 syawal yang khusyuk sudah menjadi tradisi bagi warga yang muda untuk berkunjung dan menyikat habis makanan warga yang lahir terlebih dahulu. Konon di rumah nenek tua yang menjadi idola di Desa Sukamiskin (Sampai saat ini aku masih heran knapa ada yang menamakan Desa mereka Sukamiskin? Tidak mendukung program pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan.) terjadilah dialog antara dua individu berbeda generasi.

Inyong : "Mbah inyong mau minta maap."
Mbah : "Aapaa? Dasar cah enom tak tau diri. Udah tau mbah ini udah tua ompong lagi malah disuruh mangap. otakmu tu dimana le?"
Inyong : "Sabar mbah inyong MINTA MAAP bukan ngajakin mangap. Lagian kalo mbah mangap bukannya malah inyong yang rugi. Mbah kan gak pernah sikat gigi."
Mbah : "Oh minta maap to le? Maklum mbah udah tua jadi pendengaran mbah semakin berkurang. Sama-sama ya le. Sing tuwo akeh lupute." (Sebuah pernyataan masuk akal yang timbul dari asumsi bahwa setiap orang memproduksi dosa yang sama setiap tahunnya. Dan didapatlah hasil orang yang hidup lebih lama akan memiliki dosa yang lebih banyak daripada yang muda.) "Yo wis kono opor ayame dimaem dhisik." ,lanjut si mbah.
Inyong : "Lha iki sing tak enteni ket mau.", pikir si inyong.
"Wah opor ayame enak tenan mbah. Sopo iki sing masak?"
Mbah : "Yo mbah to ya mosok Dewi Sandra (yang penyanyi itu). Hehehehe.."
Inyong : "Ah mbah bisa aja. Tapi inyong gak nyangka mbah itu ternyata pinter masak. Memang masaknya dimana mbah kan kompor mbah yang rusak belum selesai inyong betulin?"
Mbah hanya tersipu malu karena sudah dengan sukses terbongkar bo'ongnya.
Inyong : "Mbah liat ayam kesayangan inyong si udjo gak mbah? Kok seharian ini inyong gak liat ya? Tadi pagi juga gak berkokok? Apa dia ketiduran trus bangunnya kesiangan ya mbah?"
Mbah : "Ahh ada kali nyong. Wong tadi pagi aja mbah denger dia berkokok. Emang sih agak fals tapi masih banter kok.(Mengingat bagian awal dari cerita ini maka kesaksian dari mbah tidak dapat dipertanggungjawabkan.) Lagian ayam gitu aja kok dicariin banget-banget mbok ngurusin yang laen aja. Kayak gak ada kerjaan aja. Lha anak-anakmu mana le?", si mbah mencoba mengalihkan perhatian.
Inyong : "Ooo masih di rumah bentar lagi juga nyusul ke sini mbah."
Mbah : "Mau kesini tiga-tiganya?"
Inyong : "Tiga?"
Mbah : "Lho iya tiga. Kan anakmu kan emang tiga orang. Dua cowok dan dua cewek to le?"
Inyong : "Waduh.. wah piye to ki mbahe? Ning ndi-ndi dua tambah dua ki yo empat mbah bukan tiga."
Mbah : "Lho... wis ganti to? Piye to nyong kamu tu nambah anak kok gak ngabari mbah."
Inyong : "rrrrggghhh.."
Mbah : "Le ntar kalo ketemu Wati bilang barang-barangnya udah selesai mau dikembaliin gitu?"
Inyong : "Emang mbah pinjem apaan?"
Mbah : "Cuma perkakas kecil-kecilan buat masak opor ini."
Inyong : "Perlu nyong bantuin buat ngembaliin mbah?"
Mbah : "Gak usah repot-repot le. Wong cuma sedikit. Biar wati sekeluarga aja yang ngambil."
Inyong : "Sekeluarga?? Emange mbah pinjem apa aja?"
Mbah : "Cuma panci, wajan, pisau dapur, talenan, susruk, sendok, piring, garpu dan tentu saja kompor gas ama tabungnya."
Inyong : "Wahh.. Mbah niate minjem opo meh mindah dapure Wati? Kok gak modal banget mbah?"
Mbah : "Hehehe.. nanggung. Sekalian kemaren juga minjem Wati buat masakin opor ini. Mbah kan cuma modal ngongkon. hehehe... Tak tinggal turu ngerti-ngerti wis dadi opor."
Inyong : "Dasar si mbah. Trus ayame juga minta Wati mbah?"
Mbah : "Yo gak to ya emange mbah cewek apaan. Kan pake ayam mbah satu-satunya. Yahh... demi kalian-kalian ini mbah relakan ayam mbah satu-satunya."
Inyong : "Bukannya ayam mbah ikut kena sweeping razia flu burung minggu lalu?"
Mbah : "Mosok? Lha iki njut ayame sopo?"
Inyong : "Ojo-ojo iki udjo mbah?"
Mbah : "Wah yo mbuh."
Inyong : "Tidaaaakkk... Udjoku sayang.. Udjoku diopor orang."
Mbah : "Ya maaf mbah khilaf waktu itu. Niate mbah kan asline mung mandiin si udjo."
Inyong : "Lha tapi kok akhire malah dimandiin di kuah opor to mbah-mbah?"
Mbah : "Hehehe.. ya maaf. Wajar to le kalo mbah salah kira. Si udjo ama pitike mbah kan saudara kembar. Wong dulu lahire juga dempet."
Inyong : "Halahh.. Mbah ki wis tuwo alesan tok.", ungkap inyong sambil diliputi perasaaan jengkel yang mendalam.
Mbah : "Hehehe... iki sing dimaksud wong tuwo akeh lupute. Soyo tuwo soyo metu buluse."

Thursday, November 09, 2006

Sobat lama










Penuh sesak di dada
amarah yang tak terlaksana
saat teman tak lagi setia
tuli teriakan jiwa

Kita selalu bersama
kuangkat kau dari jurang duka
kuantar kau ke langit bahagia
kusapu lantai nestapa
dengan rela dan cinta

Seakan kau tak peduli
saat diri terbentur sepi
mencari yang tak kudapati
terjatuh
tersungkur
tenggelam
....... mati
hampir mati
tersenggal tak bertepi
kau tak peduli

Hanya ingin dimengerti
sedikit dari hati
tak butuh apalagi

Saat ingin sendiri
bukan berarti membenci
saat berbagi rasa
kau kan ada
sekedar menganggukkan kepala
dilema yang kubagi
kau beri solusi
indah menyudahi
jalan terjal yang kudaki

Kawan
kita kan bersama lagi
mencari jati diri
mencari persinggahan hati
bersama lagi
berbagi hari
bahagia di antara ceria
dan duka tak berasa
hingga temui pa yang kita cari
yang tergapai dalam mimpi

n.o.t : Rabu , 4 September 2002
10.41 pm
saat belajar RL

Sebuah puisi tentang kebenciaan akan teman, memaafkan dan bersama lagi. Sebuah perjalanan akan amarah dan peleburannya.

Aku inget pas kemaren membaca ini lagi, meskipun agak blawur, dulu pernah jengkel banget ama temen-temen satu kos tapi lupa kenapa (wis pokoke jengkel banget lah) trus masuk kamar, mbuka komputer sambil belajar RL. Dua jam bersemadi ternyata yang didapat bukan RLnya yang mudeng tapi malah dapat puisi.

Bagus juga kok. Dan seselesainya di kamar (bikin puisi bukan belajar RL) udah lumayan lega kayak habis B***R.

Sekarang pada dimana ya pada kangen juga. They gave me such a nice unpleasent memory. Gak ding becanda... teman-teman yang baik maafin aku ya udah ngerasanin kalian.

Wednesday, November 08, 2006

Dulu...

sesalku terucap kini
ragu yang dulu membalut
sisakan pedih tak terampuni

kalau dulu kutak membimbangkanmu
kalau dulu kuucap kusayang kamu
tentu kini tak menghantui
gerak , nafas dan emosi
kalbu dan sanubari

kini aku pergi dan ada di sini
jauh darimu yang menyayangiku
tanpa kau tahu 'pa yang tlah terjadi
bahwa ku sayang kamu
sungguh ,
aku
sayang
kamu .

satu demi satu
paras datang dan berganti
berlintas dan lalu pergi
berlabuh dan tak berarti
tapi kau masih di sini
menebar sepi
di lembah lemah hatiku

kala asa tak sirna
membekas dan terus ada
ingin ku rangkai cerita
tentang seorang ksatria
yang memetik selusin bunga
dan melukis untai cinta di tiap kelopaknya

*
sepotong kue masa lalu yang terkecap indah dalam telaga kenangan

Tuesday, November 07, 2006

Abu

aku pengin , tapi nggak tahu
aku mau tapi akalku nggak setuju

saat sendiri rasanya ingin ada yang dipeluk
dibuai dan dirindu

ada syahdu di benakku , yang menggebu
tak bisa menunggu

huhh ...
knapa aku begini
kalo kutanya hatiku semakin ku mengabu

tak jelas siapa yang kutunggu
apakah kamu atau si anu
apakah dia atau sang jelita
yang 'kan mengisi hatiku

*sepotong kisah dari masa lalu terungkap saat bongkar gudang. Heran dulu aku kok bisa begini ya?

Dilema.

Apa itu dilema?
Dulu pas kita masih jaman SMA (atau yang sekolahannya agak mahalan dikit maka dia akan mengalaminya pada masa SMP) trus ada tugas Bahasa Indonesia, biasanya di LKS yang jarang dikerjakan karena sering ketuker dengan LKS Matematika karena penerbit dan warnanya sama, akan ditemukan pertanyaan apa itu "dilema"? berikan contohnya! Kita sebagai anak gaul tentu tidak akan pernah sadar kalo ternyata dimuka bumi ini ada kata yg namanya "dilema" karena ada atau tidaknya kata itu mall tetep buka dan Play Station tetep jalan jadi ngapain kita repot-repot mikirin "dilema"? Orang "dilema" aja gak repot mikirin kita.

Tapi beda ama bu guru yg tetap memaksa kita mengisi LKS dengan cara apapun dan dari sumber manapun. Dengan ancaman mengerjakan di luar kelas sambil ditontonin gebetan kita yang lagi asyik ikutan pelajaran olahraga. Mau gak mau kita harus mengisinya dengan aji mumpung. Mumpung sang juara kelas lagi gak bete. So kita ambil pena dan menulis apa yang dia tulis. Sama persis. Termasuk bekas tipe ex atau coretannya.

Walhasil, sampai sekarang kita tidak pernah mengalami atau mengerti kata dilema. Paling mentok distatus "pernah denger" aja hanya karena para gebetan kita pada kencan pertama gak pernah menggunakan syarat "tahu arti dilema" untuk dapat nomor teleponnya.

Nah sabtu ini temenku pada wisudaan, setelah 5 tahun berjuang dalam ketidakpastian (tidak pasti mau lulus dari kampus lewat jalan DO atau lewat toga), lokasinya di bandung. bandung itu ,buat yang gak tau lokasinya, berada lebih dari 100 km dari jakarta yang notebene sekarang aku berada. Dan pada saat yang bersamaan temanku yang dulu satu lab mau nikahan di Solo yang letaknya lebih dari 100 km dari semarang. Nah pertanyaannya sekarang dimana letak Timbuktu ???

Sebenarnya sangat mudah jika ingin menghadiri keduanya maka aku bisa berangkat jumat malam dari jakarta ke bandung kemudian hadir di wisudaan malemnya naek kereta ke Solo nyampe besok paginya. Kemudian hadir di acara nikahannya dan balik malemnya dan Senen walaa langsung berangkat kerja. Hebat gak. Ide yang brilian benar2 idealis tanpa mempertimbangkan faktor usia yang hampir menginjak seperempat abad. Kalo itu lima tahun yg lalu pasti aku masih kuat tapi sekarang sudah beda. Mana anak udah pada gedhe2 yang paling kecil besok udah udah mau nikah???

Tapi kalo dipikir-pikir gak adil juga kalo ak gak bisa dateng di salah satu acara tersebut. Terkesan akunya pilih kasih padahal gak ada yang namanya kasih. Mending aku gak dateng aja dua-duanya. Hipotesa ini diperkuat dengan keberadaan dan ketebalan dompet yang kembang kempis tidak karuan. Maklum masih jadi kuli. He..3X

Jadi kesimpulannya buat adek-adek yang masih duduk di bangku SMA or SMP dan lagi dapet tugas ngerjain LKS Bahasa Indonesia dan kebetulan lagi ada soal disuruh menjelaskan kata "dilema" maka akan kakak bantu. Dilema adalah kondisi dimana kamu kerja di Jakarta dan temen kamu wisuda di Bandung padahal kamu ada undangan di Solo, dompet kamu tipis dan Jakarta-Bandung-Solo bukanlah tempat yang berdekatan. Semoga membantu dan tidak perlu berterimakasih. Cukup dengan menceritakan kerabat dekat Anda tentang blog saya sehingga lain kali mereka dapat membacanya (Iklan banget). Amien.


NB: Buat Vivin selamat atas pernikahannya semoga langgeng dan bisa menjadi ibu yang galak.
Buat Rizki, Gumay dan Prima selamat atas wisuda kalian semoga cepet dapat kerja yg layak. Amien.

Tiga Puisiku

Jika

Jika sayang itu kewajiban maka cinta adalah hak
Kita wajib menyanyangi setiap makhluk dan menyebarkan kasih sayang di atas bumi-Nya
Tapi untuk mencintai seorang makhluk itu adalah hak kita pribadi
Karena cinta adalah pengorbanan
Belum dikatakan kita mencintai sesuatu jika kita belum mau berkorban demi sesuatu itu.
Jadi adalah hak kita untuk berkorban kepada sesuatu yang kita cintai
Mengorbankan segala sesuatu yang kita miliki untuk memperindah cakrawala senja cinta kita.


I Love you

Loving you is the best thing
That’s ever happened to me
With your sense of humour
Your caring way and….
Your understanding….


You’ve taught me
What true love is
The time we spend together
Laughing and enjoying each other’s
Company or spending quiet moments
In each other’s arms
Are the best times
I’ve ever had in my life
Nothing in this world has
Evers meant so much to me
As the love we are
Discovering now and I know
That I could never love
Anyone else the way

I Love you

Tenggelam

Tengelamku terdiam
Membisu karena rindu
Di sepi ku sendiri
Menatap bidadari hati yang telah
Lama kunanti

Sang bulan tersipu di kelambu senja
Menanti cinta tak kunjung tiba
Kini asmara datang menyapa
Semoga kekal abadi selamanya.

Wednesday, November 01, 2006

Kamu bukanlah apa-apa

Wahai saudaraku...

Sesungguhnya kamu bukanlah apa-apa
Kecuali apa yang telah Dia rahmatkan

Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa-apa
Kecuali yang apa yang telah ia beritahukan

Sesungguhnya kamu tidak memiliki apa-apa
Kecuali apa yang telah Dia berikan

Hartamu, ragamu, ilmumu bahkan nyawamu
adalah milik dan pemberianNya

tanpa semuanya itu niscaya kamu hanyalah...
kamu hanya...
kamu tak layak disebut hanya,
kamu bukanlah apa-apa
bahkan bukanlah setitik debu di alam semesta yang luas.



Wahai saudaraku...

Bacalah...
Baca
menangis
dan bersyukurlah...

Bacalah karenaNya
Menangislah karena sesungguhnya kamu bukanlah apa-apa
Menangislah karena kamu tidak berarti apa-apa tanpaNya
dan bersyukurlah...

Bersyukurlah karena kamulah yang dikehendakiNya
Bersyukurlah karena tanpa kehendakNya kamu takkan pernah ada
Bersyukurlah karena Dia berkehendak melaluimu
Bersyukurlah karena kamulah kepanjangan tangan dariNya.
Menjadikan bumi seperti di dalam surga

Wahai saudaraku

Jika saat ini kamu sakit
bersyukurlah..
karena dahulu Allah telah mengizinkanmu menikmati sehat

Jika saat ini kamu miskin
bersyukurlah
karena dahulu Allah telah memanjakanmu dengan kekayaan

Jika saat ini kamu renta
bersyukurlah
karena dahulu Allah telah membahagiakanmu dengan kemudaan

Bersyukurlah selalu akan kehadiran hari ini
Bersyukurlah selalu akan keindahan masa lalu
Dan berharaplah hanya kepadaNya akan kebahagiaan yang akan datang kepadamu

Dan bersyukurlah selalu
selalu di setiap waktu
akan segala nikmatnya
niscaya syukurmu takkan pernah dapat menghitung nikmat dan rakmatNya
Karena ibadah lima ratus tahun tanpa henti pun hanya dapat menebus nikmat mata

Dan bersyukurlah selalu karena kamu telah dikehendakiNya
diberiNya hidup, diizinkan menikmatiNya
dan sangat amat Disayangi dan dikasihiNya

Bersyukurlah karena pada hakekatnya
Kamu Bukanlah apa-apa